Menghayati Ciptaan Allah Dengan Akal

Resensi Buku

Menghayati Ciptaan Allah Dengan Akal
Oleh : Fajar Sidik (Mahasiswa FH UNILA angkatan 2001)

Manusia diciptakan Allah dilengkapi dengan akal, rasa dan karsa. Akal dipergunakan untuk mencerna segala sesuatu yang ada di bumi, menghayati dan meng”amin”I nya. Allah melengkapi diri manusia dengan akal, bukan tidak lain adalah untuk memberikan kebebasan pada manusia, sehingga dapat berfikir. Jernih akan kemegahan alam semesta dengan harapan manusia akan menemukan kebenaran yang hakiki. Akal manusia jika dioptimalkan akan membuat seorang manusia lebih menikmati hidup. Bikin hidup lebih hidup. Kenikmatan ini diperoleh karena manusia berhasil menyingkap rahasia ciptaan Allah, rahasia kehidupan abadi. Orang bijak mengatakan orang yang bahagia adalah adalah orang yang pandai membaca rahasia alam.
Ajaran tentang bagaimana menyingkap rahasia ciptaan Allah terangkum dalam buku yang berjudul asli Deep Thinking. Buku ini mengajarkan pada manusia bagaimana bisa menikmati hidup dengan memahami maksud dan tujuan ciptaan Allah. Manusia akan berubah menjadi pensyukur, hanya karena memikirkan seekor nyamuk yang terbang (hal 3). Sebagai mahluk berakal, manusia harus mampu mengoptimalkan daya pikirnya sebagaimana yang dicontohkan Nabi musa As. Beliau menggunakan seluruh daya pikirnya hanya unuk mencari Tuhan yang sebenarnya, da kekuatan analisa beliau akhirnya menemukan kebenaran hakiki.
Daya pikir manusia akan mudah terjerembab kelembab kenistaan apabila tidak ada bingkai bingkai yang menjadi batasannya. Batasan ini yang disebut dien. Ajaran keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ diterangkan bahwa manusia yang kuat analisisnya dan mengoptimalkan akalnya akan tetapi tidak diimbangi dengan EQ, maka yang timbul hanya nafsu insaniyah, sedangkan IQ dan EQ tanpa diimbangi dengan SQ maka membuat hambar maksud dan tujuan kehidupan. Berdasarkan hal itu keseimbangan ketiga hal diatas adalah mutlak diperlukan.
Selain mengajak mengoptimalkan akal, buku ini juga mengajak manusia untuk menjadi seorang pemikir yang bijak, seorang yang dapat menghayati segala ciptaan Allah dengan bijak. Buku ini juga menjelaskan bahwa setiap manusia harus menjadi pemikir, yaitu insane yang mampu berpikir jernih sehingga dapat menyerap rahasia rahasia alam. Adala suatu kesalahan besar berfikir secara mendalam hanya milik para filsof, dilakukan di tempat yang sunyi dan lain lain keanehan (hal 9). Berfikir mendalam adalah milik setiap umat yang beritikad untuk itu dan berfikir tidak melulu dilakukan di tempat sunyi, dalam kebisingan kotapun kita dapat berfikir, kenapa gendang telinga kita tidak pecah akibat dari kebisingan ini, kenapa Allah menciptakan seperti ini, itulah berfikir mendalam. Doktrinasi yang terjadi di dunia bahwa berfikir mendalam hanya milik manusia cerdas dan pintar bukan milik manusia bodoh, harus dihilangkan. Sesungguhnya kebodohan itu adalah akibat dari manusia tidak mau berfikir secara mendalamsedangkan kebodohan yang ditimbulkan akibat lingkungan, keturunan dan lain sebagainya, adalah kebohongan belaka walaupun tidak dapat dipungkiri hal tersebut akan tetap berpengaruh.
Buku ini disajikan dengan kata yang mudah dipahami, dengan ulasan aktualsaat ini dan diterangkan dari segi sains bukan doktrinis agama. Kewaiban berfikir ada pada setiap insan, hal ini adalah kata kunci dalam buku ini, walaupun pada saat manusia baru bangun tidur kita harus berfikir kenapa ini dan kenapa itu. Buku yang lebih mengedepankan kajian sains ini yang dibingkai dengan dien cocok untuk dibaca khalayak umum bukan dibatasi untuk kelompok atau ras tertentu sebagaimana judulnya.
***

Judul Asli : Deep Thinking
Penulis : Harun Yahya
Penerbit : Vural Publishing, Istambul, Turki
Judul Terjemahan : Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim berfikir
Penerjemah : Catur Sriherwanto
Penerbit : Robbani Pers
Tebal Halaman : xiv + 148 halaman
Cetakan Keenam : Juni 2003