Wahana Ekspresi Mahasiswa Hukum

Friday, September 08, 2006

Mahasiswa : Status dan Peran

Opini Umum (opium)

Mahasiswa : Status dan Peran

Oleh : Rulli Margianto (Ketua Umum FOSSI FH UNILA)

Mahasiswa adalah sosok intelektual yang dituntut mempunyai peran signifikan, baik ketika ia masih menjadi mahasiswa maupun ketika ia telah lulus dan mendapat predikat sebagai sarjana. Universitas sebagai wahana “kawah candradimuka” sepatutnyalah mencetak mahasiswa-mahasiswa dan alumni-alumni berkualitas yang akan berinteraksi dan membangun masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu sifat dan sikap kritis harus dimiliki oleh mahasiswa terlebih dengan dipergunakannya student government system dalam pembelajarannya di lingkungan Universitas.
Maka seharusnyalah mahasiswa benar-benar belajar mengaplikasikan apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini. Tentunya disesuaikan dengan koridor idealisme yang selama ini dijunjung oleh mahasiswa itu sendiri. Karena apabila dalam pembelajarannya saja sudah melenceng dari yang sebenarnya, maka patut diprediksikan ketika mereka nantinya menduduki dalam jabatan pemerintahan akan melakukan hal-hal di luar idealisme mereka (saat menjadi mahasiswa). Apalagi ketika yang melakukan kecurangan, pemaksaan, tindak kekerasan atau hal lain yang sejenisnya tidak di ketahui dari pihak mana, dan didukung oleh oknum mahasiswa “sejenisnya” yang memiliki kekuasaan di fakultas atau di tingkat Universitas. Akibat fatalnya kemungkinan besar akan mengurangi rasa percaya masyarakat kepada mahasiswa yang selama ini mereka anggap sehati dalam memperjuangkan nasib mereka.
“Buat apa mendukung mahasiswa, toh nantinya akan bersikap sama dengan rezim-rezim yang lalu. Lebih baik ‘menghakimi’ sendiri – Revolusi “.
Ungkapan seperti di atas atau sejenisnya tentu tidak ingin kita dengar. Karena kita sebagai mahasiswa akan merasa malu sekali bila tidak dapat membayar jasa-jasa mereka yang telah mensubsidi kita selama kita kuliah. Kita juga tak ingin ibu pertiwi ini akan terus bergolak serta tumpah darahnya di mana-mana hanya untuk memperbaiki dirinya. Seperti seorang ibu yang menumpahkan darah ketika akan melahirkan sebuah kehidupan yang masih suci dan belum terjamah oleh noda dan dosa. Namun tidak ada suatu jaminan bahwa yang akan muncul nanti akan lebih baik dari sekarang. Belum lagi bila banyak tangan-tangan berkepentingan yang turut “membedah perut” ibu pertiwi ini demi kepentingan diri dan golongannya semata. Dimana tanggung jawab kita kalau hal itu sampai terjadi ?
Mahasiswa sebagai Iron Stock negara ini dan yang selalu beraktivitas sebagai Agent of Change sudajh semestinya selalu menggiring dan mengarahkan kemana negara ini akan melangkah. Bukan membiarkannya masuk ke dalam jurang kehancuran dan terus terperosok semakin dalam. Salah satu caranya adalah mahasiswa dapat menggunakan lembaga kemahasiswaan yang ada di lingkungan Universitasnya dalam mengembangkan potensi diri sekaligus sebagai sarana mendekatkan dan mengabdikan diri kepada masyarakat. Apabila dirasa kurang kita dapat turut aktif di suatu lembaga eksternal kampus yang berkenaan langsung dengan masyarakat.
Universitas Lampung sebagai salah satu dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Propinsi Lampung. Menjadi tolak ukur dari yang lainnya untuk mengarahkan hendak dibawa kemana Propinsi Lampung ini. Hal ini tidak hanya dilihat dari peran Universitas Lampung itu sendiri sebagai lembaga pendidikan tinggi, tapi lebih melibatkan personal-personalnya yang kini berinteraklsi dengan masyarakat. Baik dosen (dahulunya juga mahasiswa) ataupun mahasiswa, yang memiliki “jabatan” maupun yang “pengangguran” dalam interaksinya dengan masyarakat.
Tapi belakangan ini status mahasiswa atau alumni suatu Universitas lebih besar prestisenya dibandingkan prestasi yang mereka ciptakan . Hal ini tidaklah semata-mata faktor mahasiswa itu sendiri. Pergeseran nilai yang diciptakan oleh zaman saat ini benar-benar mengikis idea besar dan luhur yang semestinya tetap di emban meskipun telah menjadi sarjana dan menempati posisi tertentu. Bagaimana tidak, mahasiswa atau alumni yang seharusnya menjadi pilar-pilar penopang bangsa dalam mengusung semangat “kemerdekaan” justru terkungkung menjadi “budak budak ekonomi”. Dimana orientasi semula yaitu membangun peradaban Indonesia dengan segala macam kreatifitasnya yang dapat dipertanggungjawabkan, justru terjebak oleh niat awal yang tidak jelas ketika memasuki awal perkuliahan. Ada yang tujuannya hanya untuk mencari kerja setelah lulus, ada yang ingin menyenangkan orangtua saja (terpaksa kuliah), bahkan ada yang menjadikan kuliah tersebut sebagai sarana untuk mencari pasangan saja. Betapa kecil proyek tersebut bila dibandingkan dengan yang seharusnya (peran mahasiswa). Memang setiap insan memiliki pemahaman yang berbeda, karena kalau seperti idealnya maka Indonesia tidak mungkin tertinggal sebegitu jauh seperti sekarang. Kesenjangan inilah yang mesti kita olah dan atur sedemuikian rupa sehingga akan membuat sebuah energi yang besar untuk membangun Indonesia. Dan patut kita pikirkan saat ini, di posisi manakah kita ? mulai dari manakah kita guna menuju yang lebih bak. Pertanyaan itu dapat terjawab bila kita mulai mematri kuat dalam hati kita semua bahwa kita bergerak untuk membangun peradaban Indonesia yang lebih baik menuju yang terbaik.
WEhH Edisi 4 Mei 2004

0 Comments:

Post a Comment

<< Home