Wahana Ekspresi Mahasiswa Hukum

Friday, September 29, 2006

Resensi Buku


PERLU ADANYA PEMAHAMAN MENDALAM DARI STUDI KEBUDAYAAN
Oleh : Wahyu Heriyadi


Cultural studies merupakan suatu teori yang dibagun oleh pemikir yang memandang produksi pengetahuan teoritis sebagai praktik politik. Cultural Studies bukan sebuah perbincangan suatu mahzab atau keilmuan tertentu, ia interdisipliner, multidisipliner, bahkan postdisilpiner. Cultural Studies menyerap banyak disiplin keilmuan yang sudah ada dan kemudian mensintesakannya. Secara konsisten cultural studies focus pada isu kekuasaan, politik dan kebutuhan akan perubahan sosial.
Dalam penggunaan metode dari karya karya Cultural Studies, terpusat pada tiga macam pendekatan, yaitu : etnografi, pendekatan tekstual, dan studi resepsi. Etnografi merupakan pendektan empiris dan teoritis yang diwarisi dari antropologi yang berusaha membuat deskripsi terperinci dan analisis kebudayaan yang didasarkan atas kerja lapangan secara intensif. Cultural Studies etnografis terpusat pada eksploitasi kuaitatif tentang nilai dan makna dalam konteks cara hidup, yaitu pertanyaan tentang kebudayaan, dunia-kehidupan dan identitas.
Pendekatan tekstual, terdapat tiga cara analisis dalam Cultural Studies, yaitu : semiotika, teori narasi, dekonstruksionisme. Semiotika mengeksplorasi bagaimana makna yang terbangun oleh teks telah diperoleh melalui penataan tanda dengan cara tertentu dan melalui penggunaan kode kode budaya, analisis tersebut banyak mengambil dari ideologi, atau mitos teks.
Narasi adalah penjelasan yang tertata urut yang mengklaim sebagai rekaman peristiwa. Narasi merupakan bentuk tertstruktur dimana kisah membuat penjelasan tentang bagaimana dunia ini. Dekonstruksionisme diasosiasikan sebagai pelucutan yang dilakukan Derrida atas oposisi biner dalam filsafat barat, mendekonstruksi berarti ambil bagian, melucuti, untuk menemukan dan menampilkan asumsi suatu teks. Tujuan dekonstruksi bukan hanya membalik urutan oposisi biner tersebut, melainkan juga menunjukkan bahwa mereka saling berimplikasi. Dekonstruksi berusaha menampakkan titik titik kosong teks, asumsi yang tak dikenal yang melandasi operasi mereka.
Studi resepsi/studi konsumsi, menyatakan bahwa apapun yang dilakukan analisis makna tekstual sebagai kritik masih jauh dari kepastian tentang makna yang teridentifikasi yang akan diaktifkan oleh pembaca/audien/konsumen, maksudnya bahwa auien merupakan pencipta aktif makna dalam kaitannya dengan teks.
Ketika berbicara tentang budaya pop, Mahzab Franfurt memandang budaya pop atau budaya massa adalah tidak autentik, manipulatif dan tidak memuaskan. Manipulatif karena tujuan utamanya adalah agar dibeli dan tidak memuaskan karena selain mudah di konsumsi ia pun tidak mensyaratkan terlalu banyak kerja dan gagal memperkaya konsumen. Lain halnya dengan Cultural studies, memandang bahwa audiens aktif, meski produksi budaya pop ada di tangan perusahaan kapitalis transnasional, makna selalu diproduksi, diubah dan diatur pada level; konsumsi oleh orang yang merupakan produsen aktif makna. Sehingga Cultural studies berasumsi bahwa tidak perlu meratapi dan beromantisme dengan budaya tradisional.
***

Judul Buku: Cultural Studies: Teori dan Praktek
Penulis: Chris Barker
Penerbit: Kreasi Wacana, Yogyakarta, Cetakan I, Oktober 2004
Tebal: xxvi + 466 halaman


Edisi 7 Tahun Ke III / April 2005

17 Comments:

Post a Comment

<< Home