Wahana Ekspresi Mahasiswa Hukum

Friday, September 29, 2006

Rehat

Gebyar Tubuh Baru
Oleh : Bugi Purnomo Kiki

Kesenian merupakan sebuah bentuk ungkapan dari ekspresi diri yang terwujudkan dalam sebuah gerak, suara, lirik, musik, dan bentuk. Agaknya hal inilah yang melatar belakangi calon anggota baru UKM-BS Unila pada Sabtu malam tanggal 26 Maret kemarin di PKM Lt. 1 untuk menunjukan aktualitas mereka sebagai komunitas baru di bidang kesenian, khususnya seni tari, musik, dan theater. Ketiga bidang tersebut memang menjadi tontonan pada malam itu. Menurut brosur yang dibagikan panitia, ini memang merupakan pertunjukan perdana atas arahan dan kerjasama dengan senior. Jadi kalau mau kita bilang, pertunjukan malam itu merupakan ajang khusus bagi anak-anak Baru UKM-BS untuk unjuk gigi sebagaimana nama acara malam itu yakni Gebyar Wajah Baru yang mengindikasikan adanya sesuatu yang baru dalam tubuh UKM-BS Unila, mungkin juga dalam rangka tes mental buat anak-anak baru agar dapat melanjutkan perjuangan senior-seniornya kelak.
Penampilan pertama adalah tarian, karya dari Shanty Tania. Kalau dilihat dari temanya, tarian ini memperlihatkan dua orang saudara kandung kakak beradik yatim piatu. Kedua anak itu sangat berlainan sifatnya sehingga bersaing secara destruktif dan akhirnya asosial. Namun, mereka berubah ketika melihat teman-teman sebaya mereka yang menjalin kerukunan...
Pementasan kedua menampilkan lima orang muda-mudi dengan pakaian seni ala kemben keraton, tiap-tiap dari mereka memegang alat musik kedaerahan seperti Gendang dan Angklung. Sambil bernyanyi, mereka juga melakukan akting yang membuat hadirin tertawa. Dari suara panitia, diberitahukan kalau acara kedua merupakan pentas musik yang berjudul Moment karya Mutiah Mutiara Sukma Bungamayang, hanya saja mereka lebih tampak melakukan lakon sandiwara dibanding musiknya sendiri, hal ini nampak dari karakter pemusiknya yang sering melakukan lakon-lakon sifat dasar manusia seperti seolah-olah melakukan senggama hingga mengorek-ngorek lubang hidung. Uniknya, ada Sebuah kritik dalam bentuk politik identitas terhadap yang dominan yang diselipkan pada akhir ‘musik’ dengan pemberitahuan bahwa mereka berlima ini menampilkan musik dari berbagai benua, yang anehnya, benua Asia tidak disebut tetapi diganti dengan benua ‘Jawa’ atau ‘Indonesia.’
Pertunjukan terakhir merupakan theater yang berjudul Sukat dengan Sutradara Dedi Apriansyah. Dari brosur tertulis kalau theater ini merupakan inspirasi dari puisi Joko Pinurbo. Kisahnya bermula dari seseorang yang bernama “Sukat” sedang mengalami depresi yang umumnya sering dialami warga di kota-kota besar. Si sukat ini sedang terlihat stress di dalam sebuah night club, ia tampak mengalami keterasingan dengan dunia sekelilingnya dan tak ada yang peduli padanya, selama ini ia selalu melampiaskan rasa kekecewaannya atau keinginannya melalui sebuah objek semisal boneka bayi dan sebuah buku yang dianggapnya dapat meredam jiwanya. Sebenarnya semuanya ini dia lakukan dalam rangka mencari jati dirinya yang sesungguhnya, apakah makna hidupnya, hingga ia pun lalu mempertanyakan dan mencari tahu apakah atau siapakah “Sukat” itu? Nampaknya ini merupakan bentuk dari pencarian eksistensi diri terhadap dunia realitas modern yang kian membelenggunya.


Edisi 7 Tahun Ke III / April 2005

0 Comments:

Post a Comment

<< Home